batamtimes.co,Jakarta- Belum lama ini, khususnya di wilayah Jakarta Barat, telah terjadi dua kebakaran yang cukup besar, yaitu kebakaran di pul bus PT Trans Batavia, Rawa Buaya, Selasa (1/9/2015), dan di gardu induk PLN, Kembangan, Rabu (2/9/2015).
Dua kebakaran besar itu belum termasuk beberapa kebakaran dalam skala kecil yang juga terjadi sejak awal bulan September hingga hari ini.
Data Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Jakarta Barat mencatat, sudah ada tujuh peristiwa kebakaran hingga Selasa (8/9/2015).
Hal yang memicu naiknya frekuensi kebakaran itu adalah musim kemarau yang panjang. Efek dari cuaca, tanpa sadar, telah menjadi penyebab utama dari kebakaran yang marak terjadi.
“Musim panas ini memang frekuensi kebakaran naik, dari alang-alang atau sampah organik seperti daun yang menumpuk itu saja, kalau dibiarkan, bisa terjadi kebakaran,” kata Kepala Suku Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Jakarta Barat Pardjoko.
Pardjoko mengambil contoh kasus alang-alang dan sampah daun serta jenis sampah organik lainnya bisa memicu terjadinya kebakaran seperti kejadian di pul bus PT Trans Batavia.
Meski hasil penyelidikan Puslabfor Polri tentang penyebab kebakaran belum keluar, Pardjoko tidak percaya sumber api berasal dari bus yang terbakar.
Dia lebih melihat lokasi pul bus yang berbatasan langsung dengan lapangan terbuka dan cukup banyak alang-alang di sana.
“Sampah organik itu sendiri bisa terbakar dengan sendirinya. Ada proses oksidasi dan pengomposan, ada pembusukan. Bisa menyala dengan sendirinya,” ujar Pardjoko.
Jika tanaman dan sampah organik saja bisa terbakar akibat hawa panas, kebiasaan-kebiasaan kecil lainnya yang sering tidak disadari oleh masyarakat juga bisa memicu kebakaran besar.
Kebiasaan itu adalah membakar sampah dan membuang puntung rokok yang masih menyala di sembarang tempat.
Terlepas dari faktor alam dan kebiasaan masyarakat, hal lain yang bisa memicu kebakaran adalah usia kabel listrik yang sudah tua.
Pardjoko mengaku beberapa kali menemukan kasus kebakaran yang disebabkan percikan api dari kabel milik PLN yang sudah tidak layak pakai.
Di beberapa tempat, kabel yang tersambung ke tiang listrik juga dinilai terlalu menumpuk dan tidak beraturan. Meski demikian, Pardjoko menuturkan tidak ada kendala berarti selama proses pemadaman kebakaran yang terjadi belakangan ini.
Hanya, karena musim kemarau, proses pencarian air untuk pemadaman akan lebih sulit ketimbang musim hujan. “Air agak sulit. Sesulit-sulitnya, mobil masih banyak. Air juga harus ditransfer dari tempat lain,” tutur dia.(net/Kmp)