Oleh : Mangara Sonang Nasution
batamtimes.co,-Setiap Tanggal 17 Agustus Bangsa indonesia Proklamasi Kemerdekaan bangsa.Soekarno-Hata memproklamasikan Kemerdekaan RI secara defacto pada 17 Agustus 1945.
Tetapi perlu diingat bahwa untuk berdiri (de Jure) sebagai negara yang berdaulat,indonesia membutuhkan pengakuan dari bangsa-bangsa lain.
Apalah arti Proklamasi kemerdekaan suatu negara lainHal itu hanya akan diangap sebagai suatu pemberontakan dan masalah dalam negri lain.Hal itu hanya akan diangap sebagai suatu pemberontakan dan masalah dalam suatu negara (Baca : Soekarno Pro Palestina Anti Israel).
Lalu negara manakah yang di awal Proklamasi kemerdekaan Indonesia itu yang mengakuinya?.
Pengakuan kedaulatan Indonesia sebagai negara,pertama kali bukan datang dari negara-negara Barat,apalagi Amerika serikat yang sering mengklaim dirinya sebagai promotor kebebasan dan jaminan hak asasi manusia.
Ternyata gong dukungan kemerdekaan Indonesia ini dimulai dari Palestina dan Mesir,seperti dikutip dari buku “diplomasi Revolusi Indonesia di luar Negri,”yang ditulis oleh Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia,M.Zein Hasan Lc
Ketika Ir.Soekarno memproklamasikan Kemerdekaan RI di Jakarta pada 17 Agustus 1945.Dunia belum mengakuinya,H.Agus Salim pun mengalang dukungan yang signifikan.Ditengah perjuangan diplomatis melalui pencarian dukungan ,Palestina tampil sebagai Negara pertama kali yang mengakuinya.
Zein HasanLc. Lt.Sebagai pelaku sejarah,menyatakan dalam bukunya pada hal 40 menjelaskan tentang peran serta opini dan dukungan nyata Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia,di saat negara-negara lain belum berni untuk memutuskan sikap.
Dukungan Palestina ini diwakili oleh mufti besar Palestina,Muhamad Amin AL-Husaini yang secara terbuka mengenai kemerdekaan Indonesia pada 6 September 1944.Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan ‘ucapan selamat’multi besar Palestina Amin Al-Husaini (beliau melarikan diri ke Jerman pada permulaan perang dunia kedua) kepada alam Islami,bertepatan pengakuan Jepang atas kemerdekaan Indonesia.
(baca : Selama Palestina Belum Merdeka Jangan Harap Israel dekati Indonesia)”sebagai contoh,pada 6 September 1944,Radio Berlin berbahasa arab menyiarkan ‘ucapan selamat’ mufti besar Palestina Amin Al-Husaini (melarikan diri ke Jerman pada permulaan permulaan perang dunia ke dua) kepada Islami,bertepatan ‘Pengakuan Jepang atas Kemerdekaan Indonesia.
Berita yang disiarkan Radio tersebut dua hari berturut-turut,kami sebar luaskan,bahkan harian “AL-Ahram” yang terkenal telitinya juga meyiarkan ,” tulis M.Zein HassanLc.Lt.
Syekh Muhamad Amin Al-Husaini pun mendesak agar Negara-negara Timur Tengah mengakui kemerdekaan Indonesia sehingga berhasil menyakinkan Mesir dan kemudian diikuti oleh Suriah,Irak,Lebanon,Yaman,Arab Saudi,dan Afganistan.
Berita tersebut disiarkan melalui radio dua hari berturut-turut,disebarluaskan ,bahkan harian Al-Ahram yang terkenal telitinya juga menyiarkan. Muhamad Amin Al-Husaini dalam kapasitasnya sebagai Mufti Palestina juga berkenan menyambut kedatangan delegasi “Panitia Pusat Kemerdekaan Indonesia” dan memberi dukungan penuh.
Bahkan dukungan ini telah dimulai setahun sebelum Sukarno-Hata benar-benar memproklamirkan kemerdekaan RI.
Muhamad Amin Al-Husaini adalah seorang ulama yang kharismatik,Mujahid,mufti besar Palestina begitu kuat mendukung kemerdekaan Indonesia.Walaupun pada saat itu beliau sudah berjuang melawan imperialis Inggris dan Zionis yang inggin menguasai kota Al -Quds,Palestina.
Seorang Palestina yang sangat bersimpati terhadap perjuangan Indonesia Muhamad Ali Taher.Belau adalah seorang saudagar kaya Palestina yang spontan menyerahkan uangnya di Bank Arabia tanpa meminta tanda bukti dan berkata.
“terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia ” M.Ali Taher (Pemimpin Palestina).
Suatu hari Muhamad Ali Taher menarik M.Zein Hasan Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia (wadah perjuangan diplomasi revolusi kemerdekaan Indonesia diluar negri) ke Bank Arabia mengeluarkan semua uangnya yang tersimpan di Bank itu dan kemudian memberikanya kepada Ketua Panitia Pusat tanpa meminta tanda bukti penerimaan ,(Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negri,hal 247)
Ketika terjadi serangan Inggris atas Surabaya 10 Nopember 1945 yang menewaskan ribuan penduduk Surabaya,demonstrasi anti Belanda-Inggris merebak di Timur tengah,khususnya Mesir Shalat ghaib dilakukan dilapangan-lapangan dan masjid-masjid di Timur Tengah untuk para Syuhada yang gugur dalam pertempuran yang sangat dahsyat itu.
Mesir dukung kemerdekaan Indonesia Pengakuan Mesir atas kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia pada Senin 9 Juni 1947.Kelihatan H.Agus Salim,Ketua delegasi RI dan Pangeran Faisal,Menlu arab Saudi(tengah) bercakap-cakap sedang Mamin Al-Husaini,Mufti Besar palestina menunggu giliranya.
Yang mencolok dari gerakan massa intenasional adalah ketika momentum Pasca Agresi militer Belanada ke-1,21 Juli 1947,pada 9 Agustus.Saat kapal Volendam milik Belanda pengangkut serdadu dan senjata telah sampai di Port Said.
Ribuan penduduk dan buruh pelabuhan Mesir berkumpul di Pelabuhan itu.Yang mencengangkan,mereka mengunakan puluhan kapal boat dengan bendera merah putih yang berkeliaran di pesisir Port said guna megejar,menghalau dan melakukan blokade terhadap kapal-kapal perusahaan asing yang inggin menyuplai air & makanan untuk kapal Volendam milik Belanda yang berupaya melewati Terusan Suez,hingga kembali ke pelabuhan.
Bukti cinta mereka pada bangsa indonesia di dokumentasikan oleh wartawan Al-Balagh pada 10 Agustus 1947 yang melaporkan.”kapal-kapal boat yang dipenuhi warga mesir itu mengejar kapal-kapal besar dan sebagian mereka dapat naik ke atas deknya .Mereka menyerang kamar stirman ,menarik keluar petugas-petugasnya,dan membelokan kapal-kapal besar itu kejurusan lain.”
(Baca: Inilah Bukti konsistensi Indonesia dukung Perjuangan Palestina)
sayangnya,peristiwa bersejarah tersebut tidak banyak diketahui generasi sekarang,mungkin juga para pejabat dinegri ini.Sehingga tidak mengherankan ada suara sumir,minor,bahkan sinis ketika ada anak negri ini membantu perjuangan rakyat Palestina untuk merdeka ,membebaskan tanah airnya dan masjid Al-Aqsha dari belenggu penjajah Zionis Israel sebagaimana yang diamantkan konstitusi kita.(*)