Tito Akui Belum Bisa Ubah Arogansi dan Korupsi di Tubuh Polri

0
530

batamtimes.co, Batam – Pada 13 Juli lalu, Presiden Joko Widodo secara resmi melantik Komisaris Jenderal Tito Karnavian sebagai Kapolri.

Kala itu, Tito diminta melakukan reformasi di tubuh Polri, salah satu lembaga dengan tingkat kepercayaan masyarakat terendah menurut sejumlah survei pada 2015.
Kini, setelah 100 hari menjabat, bagaimana perkembangannya? Wartawan BBC Indonesia, Mehulika Sitepu, mewawancarai Tito Karnavian di Mabes Polri, Jakarta, hari Selasa (11/10) dan berikut petikannya.

Apa perkembangan selama menjabat Kapolri?
Saya mendapat informasi dari beberapa survei, kepercayaan publik kepada Polri cenderung sudah meningkat -memang tidak pada papan atas, di papan menengah, tapi tidak di bawah seperti dulu.

Salah satu pendorongnya, menurut beberapa survei, karena figur, harapan yang tinggi kepada Kapolri. Kedua karena ada perbaikan kinerja, seperti pengungkapan kasus-kasus: terorisme, penyanderaan dan lain lain. Tapi ada yang belum berhasil sepenuhnya. Terutama perubahan kultur.

Kultur artinya sikap arogansi, budaya yang masih korupsi, penggunaan kekerasan eksesif, ini masih ada. Karena paket-paket kebijakan yang saya buat masih sampai ke tingkat middle manager, belum sampai ke tingkat foot soldiers, rank and file, para pelaksana di lapangan, para bintara.

Sehingga mereka belum menyadari bagaimana pentingnya public trust.
400 ribu orang polisi berbuat baik, satu anggota saja melakukan kekerasan, naik ke media, itu akan menghapuskan yang baik-baik tadi semua. Kita terus lakukan sosialisasi dan lakukan reward and punishment.

Seperti kemarin ada dua direktur narkoba yang kita anggap di pemeriksaan awal ada penyalahgunaan, saya langsung melakukan video conference dan saya ambil serah terima di depan saya dan itu seluruh Indonesia memonitor.

Tadi pagi saya memberi reward ke anggota Polres Bekasi yang berhasil adu tembak menangkap pelaku perampokan. Saya berikan ticket holder untuk sekolah artinya dia langsung masuk sekolah tanpa perlu tes.

Ini akan saya lakukan di Polres, Polsek, Polda, yang ada anggotanya berprestasi tingkat nasional saya akan datang langsung bila perlu ke Papua, NTT dan pulau-pulau lain. Saya ingin ciptakan iklim kompetisi yang sehat.

Masih banyak yang berangkat karena mereka menggunakan banyak trik dan jalur. Tapi kita juga menggunakan langkah-langkah di bandara-bandara, ada tim kita yang monitor kemungkinan rute-rute yang sudah kita tahu.

Yang kedua ada tim intelijen dan densus kita yang mengamati jaringan ini. Cukup banyak yang tertangkap ada puluhan dalam beberapa bulan terakhir ini. Yang lolos juga masih ada. Jumlahnya saya kira ada 500 yang sudah berangkat.

Bagaimana memastikan para pembersih terkait kasus pelecehan anak di Jakarta International School memang bersalah?
Prosesnya (hukum) telah dilakukan. Di persidangan, hukuman telah diberikan oleh para hakim berdasarkan persidangan yang adil. Polisi tidak dapat melakukan apapun untuk mengintervensi keputusan persidangan.

Mereka telah diputuskan bersalah. Jika mereka ingin hukumannya diganti, mereka dapat mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi atau ke Mahkamah Agung atau ke Mahkamah Konstitusi. Polisi hanya melakukan penyelidikan.

Tuduhan terkait penyiksaan, hingga pembunuhan (seorang pembersih) polisi juga telah melakukan penyelidikan terhadap kasus tersebut. Tidak ada indikasi telah dilakukan penyiksaan atau pembunuhan namun orang tersebut salah meminum cairan pembersih dan dia tewas akibat racun.

Pewarta : Hel/ BBC

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here