Batamtimes. Co, Jakarta – Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, dan Dubes RI untuk Singapura, Ngurah Swajaya, membuka seminar yang diselenggarakan KBRI Singapura bertemakan, “RISING Partnership: Harnessing Digital Economy Potential in Indonesia” Senin, (11/3/2019) di tengah-tengah penyelenggaraan Regional Investment Forum (RIF) di ICE-BSD.
Kegiatan ini dihadiri sekitar 70 peserta yang merupakan perwakilan Pemerintah serta pelaku usaha digital economy Indonesia dan Singapura.
Selain Menteri Rudiantara, kegiatan ini menghadirkan narasumber yang berkompeten di bidang ekonomi digital (Fintech dan Blockchain), yaitu Triyono Gani, Direktur Eksekutif Otoritas Jasa Keuangan (OJK); Fadjar Hutomo, Deputi Akses Permodalan, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf); Erwin Haryono, Direktur Kebijakan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia (BI); Chia Hock Lai, Chairman Asosiasi Fintech Singapura; dan Michael Wiluan, CEO of Nongsa Digital Park (NGP); serta dipandu oleh Denny Abdi, Direktur Asia Tenggara, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu).
Dubes Ngurah Swajaya menekankan pentingnya fintech/blockchain serta tersedianya sumber daya manusia yang handal dalam bidang coding untuk memanfaatkan potensi ekonomi digital di Indonesia yang diperkirakan bernilai US$ 130 milyar tahun 2020.
Sementara itu, Menteri Kominfo Rudiantara menjelaskan potensi ekonomi digital dan peranan pemerintah sebagai fasilitator dan akselerator.
“Kementerian Kominfo juga mempersiapkan infrastruktur dan penyiapan sumber daya manusia untuk memanfaatkan potensi ekonomi digital dan menjadikan Indonesia sebagai pemain utama yang kompetitif. ” Katanya
Ia mengatakan, mengenai program palapa ring dan penyiapan sumber daya manusia yang bekerjasama dengan 20 Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia yang dimaksudkan untuk mencetak tenaga terampil bidang coding.
Sebagai negara yang memiliki valuasi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara dengan valuasi sekitar US$ 130 milyar tahun 2020, yang diikuti Thailand USD 43 miliar, Indoneaia dinilai perlu untuk memanfaatkan peluang ini.
Dengan 350 juta pengguna internet di Asia Tenggara, transaksi ekonomi melalui internet, du Indonesia mencapai USD 72, dan modal yang ditanam di sektor ini mencapai USD 24 miliar.
” Potensi ini juga mencakup pengembangan Fintech dan Blockchain yang diharapkan terus dikembangkan dalam rangka meningkatkan financial inclusion di Indoneaia.”papar Kominfo
Khusus terkait Fintech, Menteri Rudiantara menekankan pentingnya membantu mewujudkan financial inclusion, khususnya di Indonesia Timur.
“Untuk meningkatkan kualitas human capital, Menteri Rudiantara juga mengirim talent Indonesia mengirimkan SDM ke sentra-sentra digital economy, yaitu San Francisco Bay Area (Silicon Valley), Beijing, dan Bangalore ”, paparnya kembali.
Dalam kesempatan itu, Ke-5 panelis, menekankan pada perlunya penyusunan payung peraturan untuk memfasilitasi perkembangan ekonomi digital yang sangat pesat.
OJK telah mengembangkan berbagai inovasi untuk mendukung digital hub, termasuk sektor keuangan; Pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia sangat pesat, kontribusinya terhadap GDP hampir Rp. 1000 triliun.
Fintech dinilai dapat memanfaatkan, melalui teknologi blockchain, untuk membangun kredibilitas digital dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi kreatif di Indonesia; Fintech dan bank konvensional harus dapat bersinergi.
Fintech akan dapat terus berkembang mendukung pertumbuhan ekonomi nasional apabila ada bank sentral yang solid; Saat ini pendanaan untuk unicorn sudah tersedia, namun pendanaan untuk startup yang lebih kecil, seperti UMKM, belum terlalu banyak.
Fintech berperan untuk membantu UMKM berkembang dan masuk ke pasar e-commerce serta memberikan akses ke pendanaan; Nongsa Digital Park (NGP) telah lama membantu pemerintah dalam merubah Batam menjadi digital hub, antara lain dengan menciptakan ekosistem dan pengembangan Fintech.
Menteri Rudiantara dan Dubes Ngurah Swajaya juga telah menyaksikan penandatanganan 3 MOU kerja sama dalam rangka memenuhi kebutuhan digital talent, yaitu antara PT. RISING Innovation Ventures dan Glexindo untuk menyediakan IT Trainees untuk Glexindo; SGFintech Pte. Ltd. dan PT. RISING Innovation Ventures untuk mendirikan WeKode Coding School; serta SGFintech Pte. Ltd. dan PT. WeKode Techno-Preneur Hub untuk mendirikan co-working space.
Potensi ekonomi digital Indonesia saat ini masih terbesar di ASEAN dengan adanya 4 tech unicorn dari hanya sekitar 7 di ASEAN.
Indonesia memiliki ekosistem yang sangat baik untuk pengembangan startup di bidang ICT yang berkesinambungan. Hal ini bukan saja karena banyaknya persoalan yang dapat diperbaiki dengan aplikasi digital, namun juga merupakan pasar yang menjanjikan diikuti dengan pertumbuhan SDM yang baik dan regulasi yang semakin menguntungkan bagi pelaku usaha.
Kondisi ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara di ASEAN yang sangat menarik untuk dijadikan destinasi investasi saat ini dan mendatang.
Jumlah investasi Singapura ke Indonesia tahun 2018 mengalami kenaikan realisasi investasi sebesar 9.1% dibandingkan tahun 2017, atau sebesar USD 9.2 miliar. Fakta ini kembali menempatkan Singapura investor terbesar bagi Indonesia selama 5 tahun berturut-turut.
Dengan besarnya transaksi ekonomi melalui internet, diharapkan realisasi investasi Singapura di Indonesia terus bertambah di tahun-tahun mendatang.
(red/PENSOSBUD/EKONOMI KBRI Singapura)