Jakarta – Ahli epidemiologi dan Pakar Informatika Penyakit Menular DR. Dewi Nur Aisyah, M.Sc. DIC mengungkapkan ada 136 kabupaten/kota yang berisiko rendah penularan COVID-19. Hal itu ia jelaskan pada Konferensi Pers di Gedung BNPB, Jakarta, Selasa (9/6).
“Hari ini kami akan mengumumkan 136 kabupaten/kota dengan risiko rendah dimana kabupaten/kota tersebut memiliki scoring 20 persen tertinggi teratas,” katanya.
Ada 15 indikator utama dalam menentukan zonasi risiko suatu wilayah, antara lain 11 Indikator Epidemiologi, 2 Indikator Surveilans Kesehatan Masyarakat, dan 2 Indikator Pelayanan Kesehatan.
“Selanjutnya setiap indikator tersebut kami beri scoring dan dilakukan pembobotan lalu dijumlahkan. Hasil perhitungan tersebut akan dikategorisasikan jadi 4 zona risiko utama yaiut zona risiko tinggi, zona risiko sedang, zona risiko rendah, dan zona risiko tidak terdampak,” ujarnya.
Data itu diperbarui setiap minggunya dan tanggal 7 Juni 2020 terdapat 136 kabupaten/kota dengan risiko rendah.
Kabupaten/kota tersebut antar lain :
1. Provinsi Aceh
a. Aceh Barat Daya
b. Aceah Tamiang
c. Kota Lhokseumawe
d. Pidie
e. Simeulue
f. Kota Banda Aceh
g. Aceh Utara
h. Gayo Lues
i. Bener Meriah
2. Provinsi Sumatera Utara
a. Kota Padang Sempuan
b. Tapanuli Utara
3. Provinsi Sumatera Selatan
a. Lahat
b. Ogan Komering Ulu Timur
c. Ogan Komering Ilir
4. Provinsi Sumatera Barat
a. Kota Pariaman
b. Kota Solok
5. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
a. Belitung
b. Bangka Tenagh
c. Bangka Barart
6. Provinsi Kepulauan Riau
a. Karimun
b. Bintan
c. Kota Tanjungpinang
7. Provinsi Jambi
a. Tanjung Jabung Barat
b. Sarolangun
c. Batanghari
d. Bungo
e. Tanjung Jabung Timur
f. Kota Jambi
g. Tebo
8. Provinsi Lampung
a. Lampung Tengah
b. Lampung Barat
c. Tulang Bawang
d. Tanggamus
e. Pringsewu
f. Tulang Bawang Barat
g. Kota Metro
h. Lampung Selatan
i. Lampung Utara
j. Pesawaran
9. Provinsi Bengkulu
a. Bengkulu Selatan
b. Kaur
c. Mukomuko
d. Rejang Lebong
e. Kepahiang
f. Bengkulu Tengah
10. Provinsi Riau
a. Indragiri Hulu
b. Indragiri Hilir
c. Kepulauan Meranti
d. Kota Pekanbaru
e. Pelalawan
f. Rokan Hulu
g. Siak
h. Kota Dumai
i. Kampar
j. Bengkalis
11. Provinsi Kalimantan Barat
a. Sanggau
b. Ketapang
c. Sekadau
d. Landak
e. Kota Singkawang
f. Kayong Utara
g. Sambas
h. Mempawah
i. Sintang
12. Provinsi Kalimantan Timur
a. Paser
b. Berau
c. Kutai Kartanegara
d. Kota Bontang
e. Penajam Paser Utara
f. Kutai Timur
13. Provinsi Ntt
a. Flores Timur
b. Sumba Timur
c. Manggarai
d. Ende
e. Manggarai Barat
f. Nagekeo
14. Provinsi Jawa Timur
a. Ponorogo
b. Kota Blitar
c. Trenggalek
d. Kota Pasuruan
15. Provinsi Kalimantan Selatan
a. Hulu Sungai Selatan
16. Provinsi Kalimantan Tengah
a. Barito Utara
17. Provinsi Jawa Barat
a. Cianjur
b. Ciamis
c. Kota Banjar
d. Sukabumi
e. Sumedang
f. Tasikmalaya
g. Cirebon
h. Majalengka
i. Kuningan
j. Panagndaran
k. Indramayu
18. Provinsi Jawa Tengah
a. Kota Pekalongan
b. Wonogiri
c. Karanganyar
d. Grobogan
e. Kendal
f. Pekalongan
g. Boyolalu
h. Blora
i. Sragen
j. Rembang
19. Provinsi Di Yogyakarta
a. Sleman
20. Prov Sulawesi Utara
a. Minahasa Tenggara
b. Kepulauan Sangihe
c. Kepualauan Talaud
d. Bolaang Mongondow Utara
21. Provinsi Sulawesi Barat
a. Mamuju
22. Provinsi Sulawesi Tenggara
a. Konawe Selatan
b. Konawe
c. Kolaka
23. Provinsi Sulawesi Tengah
a. Kota Palu
b. Morowali
c. Sigi
d. Poso
e. Tolitoli
f. Banggai Kepulauan
g. Banggai Laut
24. Provinsi Sulawesi Selatan
a. Barru
b. Kepulauan Selayar
c. Tana Toraja
d. Bulukumba
e. Kota Palopo
25. Provinsi Maluku Utara
a. Halmahera Barat
b. Halmahera Selatan
c. Pulau Taliabu
d. Halmahera Utara
26. Provinsi Papua Barat
a. Kaimana
b. Fakfak
27. Provinsi Maluku
a. Seram Bagian Barat
b. Maluku Tengah
c. Maluku Barat Daya
d. Buru Selatan
e. Maluku Tenggara
28. Provinsi Papua
a. Nabire
Dewi mengatakan data tersebut bersifat dinamis. Ada daerah-daerah yang sebelumnya tidak terdampak namun dapat berubah menjadi daerah dengan risiko rendah. Begitu juga terdapat daerah yang berisiko rendah yang dapat berpindah menjadi zona risiko sedang atau sebaliknya.
“kami mengharapkan seluruh masyarakat dapat disiplin menerapkan protokol kesehatan dimanapun berada dalam seluruh sektor kegiatan. Untuk melawan COVID-19 diperlukan upaya kolektif masyarakat besama dalam menjalankan adaptasi baru ntuk hidup amand ari COVID-19,” ucapnya.
(red/imul/kemenkes)