Ibu Nafisah Ahmad Zen Shahab berhasil mengantarkan 10 anak jadi Dokter

0
2116

Ibu Nafisah Ahmad Zen Shahab (73) berhasil mengantarkan 10 dari 12 orang anaknya sukses menjadi dokter. Anaknya bergelar dokter dan dokter spesialis di bidang kardiovaskular, penyakit dalam, anak, urologi, ortopedi, serta kulit dan kelamin.

Bahkan anak sulungnya berhasil mencapai gelar profesor, yakni Prof. Dr. dr. Idrus Alwi Sp.PD, K-KV. FACC, FESC, FAPSIC, FINASIM. Anak lainnya, yakni dr. Muhammad Syafiq, Sp.PD-KGH; dr. Suraiyah Sp.A(K); dr Nouval Shahab Sp. U, Ph.D, FICS, FACS; dr Isa An Nagib Sp. OT (K); dr. Zen Firman Sp.OT, M Biomed; dan dr. Nur Dalilah Sp.KK.

Selain itu, drg. Farida Alwi; dr. Shahabiyah MMR, dan dr. Fatinah. Dua anak lainnya, lulus teknik kimia dan bekerja sebagai PNS di Depok serta seorang lagi berkarier sebagai desainer interior.

Ternyata keluarga besar ini tidak memiliki latar belakang kedokteran, lho Bunda. Nafisah lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA), sedangnya suaminya, Alwi Idrus Shahab seorang sarjana ekonomi.

Keberhasilan Nafisah dalam mendidik anak-anaknya menggunakan cara sederhana. Dia mengakui tidak pernah menggunakan cara yang kasar dalam mendidik dan membesarkan 12 buah hatinya.

Saya enggak pernah mukul, bicara dengan lemah lembut supaya masuk, enggak pernah keras. Kata orang kalau dikerasin, (anak) akan lebih keras. Kasih sayang juga sama, enggak boleh pilih kasih. Sayang semuanya,” kata ibu asal Palembang ini, dikutip dari tayangan Hitam Putih, Trans 7.

Selain itu, dia juga disiplin dalam mendidik anak-anaknya. Anak ke sekolah saat pagi hari, sementara siangnya saat pulang sekolah, mereka beristirat dan main.

Sebelum pukul 17.00 atau ketika ayah mereka belum pulang, semua anak-anaknya harus berada di rumah. Saat azan magrib, televisi harus dimatikan karena mereka semua menjalankan ibadah salat.

Setelah salat, ngaji. Setelah itu, belajar,” ujarnya.

Nafisah menjelaskan alasan banyak anaknya yang kuliah kedokteran lantaran termotivasi oleh anak tertuanya, Idrus Alwi.

“Yang paling tua masuk (kedokteran), jalani dan adik nanya enak enggak, katanya biasa aja, jadi (ikut) masuk (kuliah kedokteran),” imbuhnya.

Namun saat beberapa anaknya masih duduk di bangku kuliah, suami Nafisah meninggal dunia pada tahun 1996. Sejak saat itulah, dia berjuang sebagai ibu tunggal untuk membesarkan anak-anaknya sambil meneruskan bisnis suaminya sebagai pedagang batik.

Sementara soal biaya pendidikan tidak begitu membebani karena anak-anaknya masuk universitas negeri. Selain itu, mereka juga bisa berhemat membeli buku lantaran sebagian besar sekolah kedokteran, sehingga kerap berbagi buku pelajaran.

Dan meski ditinggal sang ayah, semangat dan perjuangan mereka untuk sekolah tidak pernah berhenti. Selain Nafisah, anak sulungnya, yakni Idrus Alwi memiliki peran penting dalam kesuksesan adik-adiknya.

“Tidak terlepas dari figur kakak paling tua. Dia selalu mengayomi kami untuk selalu semangat untuk mencari ilmu,” kata dr. Isa.

Keluarga besar ini juga memiliki satu kunci dalam menghadapi masa-masa sulit lho, Bunda. Diakui dr. Isa, saat tengah merasa down di masa perkuliahan, mereka akan selalu mendapat dukungan dan penyemangat dari saudara-saudaranya.

“Kakak-kakak selalu support untuk tetap semangat. Kami beruntung karena dikawal oleh kakak-kakak yang baik,” ujarnya.

Karena itulah, mereka mampu menyelesaikan kuliah dan memiliki karier yang cemerlang. Nafisah pun diganjar penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) pada Februari 2010 sebagai keluarga dengan jumlah profesi dokter terbanyak dalam keluarga.

(red/Haibunda.com)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here