Jakarta– Genting Hong Kong, yang merupakan pengembangan dari Genting yang bermula di Malaysia dan didirikan Kok Thay, tengah menuju kebangkrutan bak kapal karam.
Genting Hong Kong didirikan pada 1993, berawal dari pembelian kapal-kapal bekas dan pada pengujung dekade 1990-an, krisis ekonomi Asia justru menjadi berkah bagi Kok Thay untuk membeli deretan kapal baru.
Namun, ketika pandemi Covid-19 memaksa perusahaan pelayaran menghentikan operasinya, taruhan jangka panjang Kok Thay pada industri ini mulai terurai akibat orderan yang anjlok, tulis Bloomberg pada Minggu (23/01/2022).
Berikutnya, pekan lalu, Genting Hong Kong, yang 76% sahamnya dimiliki oleh Kok Thay, mengajukan petisinya di Bermuda untuk membubarkan perusahaan dan menunjuk likuidator sementara.
Uang tunainya diperkirakan bakal habis sekitar akhir bulan ini dan ia tidak memiliki akses ke pendanaan lebih lanjut. Perusahaan “menghabiskan semua upaya yang wajar” untuk bernegosiasi dengan kreditur dan pemangku kepentingan, kata manajemen Genting Hong Kong dalam sebuah pernyataan kepada bursa Hong Kong.
Saham Genting Hong Kong jatuh lebih dari 60% dari tertinggi November sebelum ditangguhkan pada 18 Januari.
Peninsula Petroleum Far East Pte. mengajukan gugatan di AS berusaha untuk mengganti US$4,6 juta total biaya yang belum dibayar untuk bahan bakar bungker yang telah dikirimkan ke tiga kapal Genting sejak 2017.
Crystal Symphony, kapal pesiar mewah yang dioperasikan Genting Hong Kong, akan disita jika berlabuh di Miami sesuai jadwal, menurut J. Stephen Simms, pengacara utama yang mewakili Peninsula Petroleum Far East yang mengatakan bahwa dia telah diberi tahu tentang rencana tersebut.
Data pelacakan menunjukkan kapal itu berlabuh di Bahama pada Sabtu malam, di mana surat perintah penangkapan AS tidak dapat dieksekusi. Pemesanan masih tersedia di situs web Genting Hong Kong untuk pelayaran ke mana pun dari Hong Kong dan Singapura.
Pelayaran Dream Cruises yang sudah dijadwalkan akan dilanjutkan, menurut perwakilan perusahaan.
Meski Genting Hong Kong ambruk, para analis menyebutkan bahwa hal itu kurang berdampak kepada bisnis Genting di Singapura dan Malaysia.
(red/bisnis.com)