Air laut semakin surut. Tak memungkinkan Kepri 4, kapal yang ditumpangi Wakil Gubernur Hj Marlin Agustina untuk bersandar ke lokasi yang paling nyaman. Biar mudah naik ke jembatan dan menyusurinya untuk sampai ke lokasi pertemuan.
Pilihan disediakan. Marlin harus berpindah ke boat pancung untuk mendekat ke dermaga yang memungkinkan. Tapi sampai di dermaga, masih ada pekerjaan yang harus dilakukan Marlin: memanjat anak tangga.
Lima anak tangga, dari kayu-kayu yang terikat kiri kanan, dengan kecuraman hampir 90 persen harus dipanjat. Marlin menyambut kondisi yang demikian dengan “kegembiraan”.
Sejak di boat pancung, dia sudah mengabarkan kondisi itu dengan merekamnya. Perjalanannya ke Pulau Seraya, Kecamatan Sekupang, Batam. Untuk ditampilkan di story instragram atas nama marlin_agustina1971. Dibagikan kepada 14 ribu pengikutnya.
Setelah memanjat, masyarakat pun berpesan agar berjalan satu persatu. Jangan beramai-ramai sebelum sampai ke dermaga yang sudah dibeton. Karena khawatir papan dan kayu di dermaga itu rapuh.
Setelah itu, Marlin bertemu masyarakat yang memang sudah lama menantikan Ketua TP PKK Kota Batam ini. Untuk bersembang, berbincang, dan berbagi kasih.
Ke Pulau Seraya, Ketua PIKORI BP Batam ini sedang menlakukan program Peduli Sesama. Mereka berbagi dari rezeki yang dikumpulkan karyawan BP Batam. Pulau Seraya merupakan salah satu yang menjadi tujuan. Hari itu, setelah beraktivitas di Tanjungpinang, Marlin berbagi juga dengan masyarakat di Pulau Kasu dan Pulau Terong.
Kedatangan istri Wali Kota Batam H Muhammad Rudi ini diantusias warga. Disambut dengan kerinduan untuk pemimpin yang hadir untuk menebar cinta kasih kepada masyarakatnya.
Tentu tak hanya berbagi bantuan. Hadir untuk membawa sedikit perubahan. Karena apa yang dirasakan masyarakat dalam aktivikas sehari-hari, langsung dirasakan Marlin. Terutama kondisi jembatan di Pulau Seraya.
Perubahan itu, salah satunya adalah dengan dibangunnya jembatan tersebut. Diperkirakan mulai pertengahan tahun ini akan dikerjakan. Dan diharapkan bisa diguankan masyarakat sebelum tahun berganti.
“Kalau kita melihat apa yang diibginkan masyarakat, Insya Allah bisa kita penuhi secara bertahap. Semuanya untuk memudahkan aktivitas masyarakat,” kata Ketua GOW Kota Batam ini.
Kata Marlin, dia memang harus datang, untuk menjemput aspirasi. Mendengar keluhan dan permintaan masyarakat. Untuk bisa diselesaikan sesuai skala prioritas.
Selesai di Pulau Seraya, Marlin harus berbagi kasih ke pulau lainnya. Air semakin surut. Beberapa perangkat pemerintahan sudah mengajak Main bergegas. Agar memanfaatkan pancung untuk menuju kapal.
Sepertinya Marlin memperkirakan perjalanannya yang masih panjang. Dia lebih dahulu memilih untuk menunaikan shalat Ashar di Masjid Nurul Iman Pulau Seraya.
Setelah itu Marlin masih bermain-main dengan anak-anak pulau. Keluar masjid, Marlin disambut beberapa anak yang bermain genangan air.
“Waduuuh, kok bermain lopak,” kata Marlin. Lopak biasanya sebutan untuk tanah yang agak berlumpur dan ada sedikit genangan. Empat anak bergumul di situ. Marlin datang. Semua berdiri. Anak-anak yang lain menghampiri. Jadilah mereka semua berfoto bersama.
Anak-anak masih bersama Marlin berjalan ke dermaga. Tertawa. Bercanda. Marlin tak langsung menuju dermaga. Aparat kecamatan agak risau. Air semakin surut. Mereka dapat informasi boat pancung sudah tak bisa merapat.
Marlin singgah di kedai masyarakat. Duduk, mengambil makanan untuk anak-anak. Membelinya. Dibagikan kepada anak-anak. Satu persatu. Penuh tawa dan kegembiraan. Seakan dia terkenang dengan masa kecil di Karimun.
Sesaat kemudian mereka bergerak ke dermaga. Boat pancung tak bisa merapat.
Marlin ingin memilih untuk mengarungi laut yang surut menuju lokasinyang memungkinkan pancung berada. Namun, tidak diperkenankan. Ada speed kecil fiber, dan Marlin diminta untuk menaiki speed itu. Beberapa masyarakat ikut mendorong speed di air yang semakin surut agar sampai ke lokasi yang semakin memungkinkan speed bergerak lancar.
“Tak apalah kami main dan ngarung laut. Dulu seperti ini juga,” kata Marlin, mengingat masa-masa dia di Karimun yang memang akrab dengan sampan dan lautan.
Perjalanan penuh cinta kepada masyarakat selesai di Pulau Seraya. Marlin pun bergerak ke Pulau Kasu, kemudian ke Pulau Terong. Yang ketibaannya selalu disambut antusias warga. Juga untuk berbagi cinta kasih kepada masyarakatnya.
(red/ayu)