Analisis Kreativitas Timses dan Popularitas Paslon Sangat Berpengaruh di Pilkada 2024

0
832
Istimewa : Pengundian nomor urut pasangan calon (Paslon) Bupati dan Wakil Bupati Natuna tahun 2024.

Natuna – Batamtimes.coPemilihan Kepala daerah (Pilkada) Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau tahun 2024 saat ini memasuki tahapan kampanye bagi pasangan calon Bupati dan calon wakil Bupati Natuna periode 2024-2029.

Hadi Candra saat berorasi di Kampanye Cen Sui Lan – Jarmin (Cermin) di Pasar Lama Ranai, Kecamatan Bunguran Timur, Kamis (10/10/2024) sore. sumber sinar perbatasan.

Pasangan Cen Sui Lan- Jarmin Sidik mendapat nomor urut satu (1) dan pasangan Wan Siswandi – Rodhial Huda mendapatkan nomor urut dua (2).

Para kontestan diberi ruang dan waktu untuk berkampanye kepada seluruh masyarakat Natuna yang memiliki hak pilih, baik itu dengan terbuka, tertutup, pemasangan atribut, dan berkampanye lewat media masa baik elektronik maupun cetak serta lewat media online.

Menariknya, Pilkada di Natuna sejumlah politikus partai politik ramai-ramai turun gunung berkampanye untuk menarik simpatik masyarakat menawarkan program pro rakyat untuk memenangkan paslonnya dibilik suara nanti.

Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro mengatakan dalam konteks Pilkada, pengaruh nomor urut dari pasangan calon terbilang minim.

Hal ini berbeda dengan kontestasi Pilpres dan Pileg yang digelar serentak beberapa waktu lalu.

“Kalau dalam konteks Pilkada pengaruhnya minimalis,” kata Agung.

Namun, Agung berpandangan jika tim sukses (timses) paslon bisa mengolah nomor urut itu dengan baik, maka bisa saja menimbulkan dampak pada perolehan suara.

Karenanya, Agung menyebut yang diuji dalam hal ini adalah soal bagaimana kreativitas dari timses masing-masing paslon.

“Karena ini memang akhirnya tergantung kreativitas kandidat untuk mengatur ataupun mengelola setiap nomor urut yang diberikan kepada mereka,” ucap Agung.

“Jadi arahan strategis untuk pengaruhnya seberapa besar atau kecil itu tergantung timses atau tim mereka untuk merespon itu dengan sekreatif mungkin,” sambungnya.

Faktor Penentu Kemenangan

Di sisi lain, Agung menyampaikan yang menjadi faktor penentu kemenangan di Pilkada adalah soal personalitas dari kandidat.

Sebab, kata dia, yang menjadi ujung tombak adalah rekam jejak, visi misi, hingga program yang diusung oleh paslon.

“Jadi citranya, kemudian programnya dan yang ketiga yang paling utama isu-isu yang di sekitar mereka, bagaimana itu dikelola dan bisa menjadi amunisi efektif untuk meningkatkan elektabilitasnya,” kata dia.

Namun, lagi-lagi Agung berpendapat kreativitas dari timses paslon menjadi penting. Alasannya, karena banyak pemilih merupakan kaum milenial dan Gen Z.

“Kreativitas mereka mempersuasi pemilih supaya tertarik memilih mereka, apakah di media sosial, apakah di media online, cetak, elektronik, apakah di darat, blusukan, canvassing, door to door, seperti itu, kreativitas dituntut betul sehingga memberikan ‘wow faktor’ yang oke,” tuturnya, dikutip dari laman CNN.

Kampanye pasangan calon (Paslon) Bupati dan Wakil Bupati Natuna, Wan Siswandi dan Rodhial Huda, di Air Batu, Kelurahan Sedanau, berlangsung meriah pada Selasa (08/10/2024) sore. sumber Infokepri.

Lalu, apakah nomor urut paslon memiliki pengaruh untuk menggaet pemilih dan meraup suara di Pilkada?

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menyebut nomor urut paslon tak memiliki pengaruh apapun. Bahkan, kata dia, nomor urut hanya sekadar menjadi penanda di kertas suara.

Dedi mengatakan dari berbagai survei, termasuk yang dilakukan IPO, tak pernah ada bukti konkret soal pengaruh nomor urut terhadap kemenangan paslon.

“Jadi hanya berkaitan dengan memudahkan orang untuk menentukan pilihan. Bahkan seandainya pun tidak ada nomor urut sekalipun, karena pemilihan kita memilih secara langsung maka orang dan foto sebenarnya itu sudah cukup,” kata Dedi

Dedi menyebut yang menjadi salah satu poin dalam gelaran Pilkada adalah popularitas paslon. Karenanya, jikapun paslon mendapat nomor urut satu tapi tak memiliki popularitas, maka itu tak ada artinya.

“Dalam catatan Pilkada di Indonesia, tidak ada tokoh yang memenangi kontestasi secara mendadak,” ucap dia.

“Artinya tokoh baru datang lalu kemudian hanya mengandalkan kampanye di masa yang diberikan oleh KPU lalu memenangkan kontestasi itu tidak ada di Indonesia, hampir semua yang menang karena faktor memang popularitasnya sudah terbangun,” imbuhnya.

Dedi juga menyebut popularitas menjadi kunci bagi paslon untuk bisa memenangkan Pilkada.

Namun, ia mengingatkan popularitas itu tetap harus dibarengi dengan reputasi dari paslon. Sebab, jika hanya bermodalkan popularitas, kemenangan belum tentu bisa digapai.

(Pohan)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here