Babel – batamtimes.co – PT Batam Timah Sinergi (BTS) kembali menunjukkan ekspansi bisnisnya dengan memulai pembangunan Pabrik Hilirisasi Timah di Sei Lekop, Kecamatan Sagulung, Kota Batam. Peresmian proyek ini ditandai dengan peletakan batu pertama pada Jumat (24/1/2025).
Namun, langkah strategis ini memunculkan polemik. Pemilihan Kota Batam sebagai lokasi pembangunan pabrik dinilai mengabaikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), wilayah dengan cadangan timah terbesar di Indonesia.
Anggota DPRD Babel, Maryam, menilai keputusan ini mencerminkan sikap pemerintah pusat yang memperlakukan Babel seperti “habis manis sepah dibuang”. Ia mengaku miris melihat potensi besar Babel tidak dimanfaatkan untuk mendukung hilirisasi timah.
“Pemerintah pusat belum melirik Babel sebagai lokasi pabrik hilirisasi timah menimbulkan pertanyaan besar. Bangka Belitung adalah penyedia bahan baku terbesar dan lokasinya strategis. Hasil pertambangan timah dari Babel ini terus-menerus dieksploitasi atas nama negara,” ujar Maryam, Minggu (26/1/2025).
Menurut Maryam, jika infrastruktur dianggap sebagai penghambat, pemerintah pusat seharusnya memberikan dorongan dan investasi lebih maksimal di Babel. Ia menegaskan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selama ini telah berfokus pada rencana hilirisasi timah, termasuk mengambil berbagai langkah untuk mendukung program tersebut.
“Kami di lembaga perwakilan rakyat sangat mendukung percepatan hilirisasi timah, karena ini diyakini dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Babel. Tidak berlebihan jika kami berharap pemerintah pusat mempertimbangkan Babel sebagai lokasi pabrik hilirisasi timah,” tambah politisi Partai Demokrat ini.
Maryam juga menyoroti dampak tambang timah selama puluhan tahun terhadap sektor unggulan lainnya di Babel, seperti pertanian, perkebunan, perikanan, kelautan, pariwisata, dan UMKM. Ia menilai dampak tersebut membuat ekonomi daerah menjadi tidak stabil.
“Sektor unggulan lain di Bangka Belitung menjadi terganggu akibat eksploitasi tambang timah. Padahal, pemerintah provinsi telah menjadikan hilirisasi timah sebagai salah satu target prioritas untuk mengejar ketertinggalan ekonomi dan pembangunan,” jelasnya.
Maryam berharap pemerintah pusat memberikan perhatian lebih terhadap Babel, mengingat timah dari provinsi ini telah lama menjadi penopang APBN.
“Realisasikanlah program-program unggulan pusat dengan melihat potensi yang dimiliki Bangka Belitung,” tutupnya.
Keputusan menjadikan Batam sebagai pusat hilirisasi timah dinilai menggores luka baru bagi masyarakat Babel, yang berharap peran dan kontribusi daerah mereka tidak diabaikan dalam pengambilan kebijakan strategis nasional.
Editor : Pohan