Uang Orang Indonesia Beredar Diluar Negri Lebih Dari Rp 11.400 Triliun

0
595

batamtimes.co,Jakarta – Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan pemerintah memiliki data yang didapat dari pajak soal rekening warga Indonesia di luar negeri. Dia menyebutkan potensi uang orang Indonesia yang beredar lebih dari Rp 11.400 triliun.

“Potensinya lebih besar daripada GDP (gross domestic product). GDP kita kan Rp 11.400 triliun,” ujarnya saat ditemui dalam seminar bertajuk “RUU Tax Amnesty” di Hotel Pullman, Jakarta, Selasa, 5 April 2016.

Bambang mengungkapkan, jumlah tersebut merupakan akumulasi dari uang yang diinapkan di luar negeri sejak 1970, bukan uang yang 2-3 tahun lalu baru masuk. Dia berujar, uang itu sudah masuk sejak 1970-an.

Angka tersebut, kata Bambang, berasal dari akumulasi atau perhitungan harta kekayaan pengusaha-pengusaha kaya Indonesia yang sudah memarkir uangnya di luar negeri sejak 1970-an.

“Kok bisa lebih besar daripada GDP? Ini uang lama, bukan uang baru yang kemarin. Ini malah kami pakai data dari 20 tahun terakhir,” katanya.

Bambang melanjutkan, kini rupiah sudah terdepresiasi. Waktu itu pemilik uang menyimpan saat nilai tukar rupiah terhadap dolar 2.000, tapi kini kurs rupiah sudah 13 ribu per dolar AS. “Nah, tentu uang mereka secara rupiah semakin besar.”

Bambang membeberkan, warga yang menyimpan uangnya di luar negeri untuk kepentingan mengemplang pajak. Dia menyebutkan pola yang digunakan adalah menyimpan uang itu di berbagai tax haven. Dari datanya, tax haven favorit warga Indonesia adalah British Virgin Island dan Singapura.

Kini Dewan Perwakilan Rakyat tengah menggodok Rancangan Undang-Undang soal Pengampunan Pajak. Melalui kebijakan ini, pengemplang pajak tak perlu membayar denda pajak atas dana yang diinapkan di luar negeri. Jadi diharapkan mereka bisa dengan sukarela menarik kembali dana tersebut ke dalam negeri.

Dia berujar dana tersebut nantinya bisa ditempatkan pada sistem keuangan perbankan nasional. Dana ini bisa dikelola dan disalurkan untuk mendanai program pembangunan infrastruktur yang selama ini sulit dilakukan lantaran perbankan nasional kurang memiliki sumber dana segar.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here