batamtimes.co,Batam-Tidak diawasi ketat, para imigran di Kota Batam tertangkap menjadi gigolo alias pemuas nafsu tente-tante.Bahkan, mereka tidak hanya melayani pelanggan perempuan, tetapi juga sesama jenis atau homoseksual.
Setidaknya ada 10 orang imigran dari dua negara yang sudah ketahuan menjadi gigolo dan ditangkap Imigrasi Batam.
Kesepuluh imigran yang sudah diamankan usianya bervariasi mulai dari 15 tahun sampai 30-an tahun.
Sepuluh pencari suaka yang dibekuk pihak Imigrasi Kelas 1 Khusus Batam, karena diduga menjadi gigolo, diamankan di dua lokasi berbeda.
Lima orang di kantor Imigrasi Kelas 1 Khusus Batam di Jl. Engku Putri, Batam Center, dan sisanya berada di Batuampar, Batam.
Mereka ini sudah dimata-matai oleh tim dari Imigrasi sejak dua bulan lalu, sejak mendengar laporan bahwa di antara mereka ada yang menjadi pemuas nafsu para perempuan itu.
Pihak Imigrasi kemudian menurunkan tim untuk menyelidiki. Tim ini mendapati beberapa pencari suaka berada di salah satu tempat fitnes di kawasan Nagoya. Di sana, mereka bertransaksi dengan media sosial melalui mucikari berinisial Bony.
“Kita kirim orang memantau mereka siang dan malam. Mereka kita amankan di sebuah tempat fitnes di Nagoya. Di sanalah mereka kenal dengan mucikari. Dari situ berkembang hingga terjadi transaksi,” ujar Muhammad Novyandri, Kepala Wasdakim Imigrasi Kelas 1 Khusus Batam di ruangannya Kamis (8/9/2016) siang.
Imigran gigolo termuda berinisial MBH dari Afganistan, berusia 15 tahun, kemudian MH alias J yang juga dari Afganistan, berusia 19 tahun.
Lainnya, MYA asal Afghanistan (19), MA Afghanistan (20), FH Afganistan (20), MIS Afgansitan (22), AH Afganistan (24), MA Pakistan (26), JMN Afghanistan (34), dan MZA Afghanistan (37)
Saat ini pihak Imigrasi sedang memeriksa ke sepuluh terduga gigolo yang diketahui berasal dari Afganistan dan Pakistan
atas kejadian tersebut Gubernur Kepri, Nurdin Basirun ketika dimintai tanggapan atas temuan imigran gelap jadi gigolo Nurdin mengaku belum mendapat informasi terkait imigran yang melakukan praktik prostitusi di Batam.
Nurdin meminta agar instansi terkait untuk menyelesaikannya. “Saya minta masalah ini bisa segera diselesaikan instansi terkait. Bekerjasama untuk cari jalan keluar,” kata Nurdin, Kamis (8/9) di Batam Center.
Pencari suaka dan pengungsi yang saat ini tinggal di Batam diperkirakan mecapai 500 orang mereka tinggal di Hotel Kolekta tercatat lebih kurang 281 orang berstatus pengungsi. Kebanyakan dari Afganistan, kemudian Sudan, Somalia, Pakistan, Yaman dan Etiopia.
Sedangkan yang tinggal di Taman Aspirasi Batam Center, mengalami penambahan. Saat ini jumlahnya mencapai 90 orang. Kebanyakan bersasal dari Afganistan, kemudian Sudan, Somalia, Etiopia dan Pakistan.
Walikota Batam, HM Rudi mengatakan untuk masalah Imigran ini dirinya sudah membahas hal itu dengan Kepala Imigrasi Batam. Ia akan menyurati Menkopolhukam RI, meminta petunjuk bagaimana solusinya.
Pasalnya, jika masalah pencari suaka dan pengungsi yang menyimpang ini dibiarkan terus- menerus, akan jadi masalah sosial ke depannya.
Keberadaan imigran tersebut di Batam, menurut Rudi juga sudah meresahkan. Soalnya, pihak yang menempatkan mereka di Batam tidak melakukan pengawasan secara ketat sehingga mereka bebas keluyuran ke luar tempat penampungan.
“Imigran di Batam ini ada dua gelombang. Pertama yang di Hotel Kolekta, dibiayai oleh IOM. Kedua, di Taman Aspirasi, tidak dibiayai IOM. Kami minta petunjuk Menkopolhukam supaya mereka dibawa lagi keluar Batam,” kata Rudi.
Sebagai daerah investasi, kondisi Batam semestinya aman. Soal keberadaan imigran ini, Rudi sudah berupaya memanggil IOM dan UNHCR, dua lembaga pengungsi dan imigran PBB untuk membahas penanganan imigran tersebut.
Soalnya, Batam sejak awal bukan ditujukan sebagai community house, hanya transit. Namun belum ada kabar dari ke dua lembaga itu sampai sekarang.
Tarif Layanan Seksual 20-25 Juta
Tarif layanan seksual yang dilakukan 10 pria pencari suaka di Batam terbilang tinggi.
Satu kali kencan dengan tante-tante dan om-om, pelanggan harus merogoh kocek Rp 20-Rp 25 juta.
Tingginya tarif para gigolo asal Pakistan dan Afganistan ini, sesuai dengan tampang yang cukup rupawan ditambah postur tubuh jangkung dan berpawakan besar.
Kasi Wasdakim Imigrasi Batam M Novyandri, Kamis (8/9/2016) siang mengatakan, praktik prostitusi pria ini berawal saat sepuluh imigran ini kenal dengan Bonny, mucinkari.
Perkenalan itu terjadi ketika Bonny dan para imigran bertemu di tempat Fitnes.
Dari sana, diduga pelaku Bonny mengajak imigran bekerja sebagai pemuas nafsu wanita.
“Awalnya kita mendapat informasi dari kepala kantor. Kemudian kita buat tim untuk menyelidiki kasus ini,” sebut Novyandri.
Tim kusus yang dibuat ini lalu bekerja pagi dan malam.
Dari hasil infestigasi diketahui kalau mereka memang benar terlibat jaringan portitusi di Batam. (lan/red)